Selasa, 11 Desember 2012

farmakologi semester 3


TUGAS  MAKALAH  FARMAKOLOGI DAN IMUNOLOGI
ANTIGEN


NAMA :
CHERY YANA PUTRI (11120017)
MARIA SARIYANI NONO (11120025)
THEODOSIA SUSANTI JAMU (11120028)
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI S1 ILMU GIZI
TAHUN  2011/2012








BAB II
ISI

A.      ANTIGEN

1.      Definisi
Antibodi adalah selalu berbentuk Y. Dianalogikan seperti sebuah pertempuran dengan tentara (antibodi) melawan penjajah (antigen). Sebuah jenis sel darah putih yang disebut limfosit yang mengakui antigen sebagai asing dan menghasilkan antibodi yang spesifik untuk antigen itu. Setiap antibodi memiliki bentuk situs yang unik mengikat yang mengunci ke bentuk spesifik dari antigen. Antibodi menghancurkan antigen (patogen) yang kemudian ditelan dan dicerna oleh makrofag.

Antibodi merupakan protein yang dapat mengenali suatu antigen tertentu. Antibodi yang cocok dengan  antigen akan seperti  gembok dan kunci.

 Bagian-bagian yang membentuk ujung lengan Y sangat bervariasi dari satu antibodi ke yang lain, ini yang disebut sebagai daerah variabel. Ini memang kontur unik di situs antigen-mengikat yang memungkinkan antibodi untuk mengenali antigen yang cocok.

Antigen (antigenitas) juga membangkitkan respons imun baik respons imun seluler maupun humoral yang merangsang sel B atau sel T atau keduanya. Antigen disebut juga dengan imunogen.
          Bahan asing yang masuk ke dalam badan, yang pada manusia atau organisme multiseluler lain dapat menimbulkan interaksi dengan produk respons imun yang dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibody atau TCR.
          Suatu zat kimia yang mempunyai  bagian yang bersifat  antigenic determinant (epitop) yang dapat merangsang pembentukan antibodi baik pada binatang maupun pada manusia yang mempunyai cirri-ciri penting sebagai imunogenitas dan reaktivitas.
2.      Pembagian antigenitas
Antigen dapat dibagi menurut epitop, spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T, dan sifat kimiawi.
1.      Pembagian antigen menurut epitop :
a.       Unideterminan, univalen
Hanya satu jenis determinan/epitop pad satu molekul
b.      Unideterminan, multivalen
Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pad satu mulekul
c.       Multideterminan, univalen
Banyak epitop yang bermacam-macam  tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein)
d.      Multideterminan, multivalen

Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi)
2.      Pembagian antigen menurut spesifisitas
a.       Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies
b.      Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu
c.       Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individudalam satu spesies
d.      Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri
3.      Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a.       T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini.
b.      T independenyang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri.
4.      Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
a.       Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi. Contoh lain adalah respons imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifitas imunnya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.
b.      Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid.
c.       Asam nukleat
Asam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES.

d.      Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalen.

3.      Faktor-faktor antigenitas
Sifat sebagai antigenitas kecuali ditentukan oleh sifat asing dan berat molekul dari determinan antigen, masih di pengaruhi oleh beberapa faktor :
1.      Spesies
Misalnya zat dekstran, suatu polimer dari glukosa, bersifat antigen pada manusia dan tikus tetapi tidak bersifat antigen pada kelinci dan marmut.
2.      Jenis
Di dalam suatu spesies binatang percobaan ditemukan perbedaan antara beberapa jenis spesies itu di tinjau dari sudut kemampuan untuk mengenal suatu bahan sebagai antigen.
3.      Cara dan Dosis
Cara pemberian dosis suntikan dan waktu yang berlalu diantara dua suntikan dapat mempengaruhi pembentukan antibodi selain jumlah antigen itu sendiri.
4.      Adjuvan
Bahan yang berupa emulsi yang mampu memperkuat antigen dalam kemampuannya merangsang terbentuknya antibody. Sifat adjuvan memberi proteksi pada antigen terhadap eliminasi tidak spesifik dari bahan dan dapat menyebabkan pembentukan antibody dalam jangka panjang karena pelepasan antigen secara bertahap. Contoh adjuvan : emulsi air-minyak presipitat aluminium, emulsi partikel bentonit, dan minyak mineral,air dan lanolin dan ditambahkan dengan kuman mikro bakterium yang dimatikan-- dengan pemanasan.
5.      Keasingan
Tingkat keasingan antigen akan berpengaruh terhadap daya imunogennya.Makin asing molekul makin tinggi daya imunogennya.
6.      Ukuran Molekul
Zat-zat yag masuk kedalam tubuh yang memiliki berat molekul kurang dari 10.000 akan menyebabkan  terjadinya imunogenik lemah atau tidak imunogenik  sama sekali.
7.      Kompleksitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen meliputi baik sifat fisik maupun kimia molekul. Keadaan aggegasi molekul misalnya dapat mempengaruhi imunogenitas. Larutan proten-protein monometrik dapat benar-benar merangsang terjadinya keadaan refraktair atau tolerans bila berada dalam bentuk monometrik, tetapim sangat imunogen bila dalam berada polimetrik atau keadaan agregasi.
8.       Bentuk-bentuk (Conformation)
Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen. Polipeptid linear atau bercabang, karbohidrat linear atau bercabang, serta protein globular, semuanya mampu merangsang terjadinya respon imun.Meskipun demikian antibodi yang dibentuk dari aneka macam kombinasi struktur adalah sangat spesifik dan dapat dengan cepat mengenal perbedaan-perbedaan ini. Bila bentuk antigen berubah, antibodi dirangsang dalam bentuk aslinya yang tidak bergabung lagi
9.       Muatan (charge)
Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu;tidak terbatas pada molekuler tertentu, zat-zat yang bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi yang tanpa kekuatan . Telah terbukti bahwa imunitas dengan beberapa imunogen bermuatan positif akan menghasilkan imunogen bermuatan negatif.
10.   Kemampuan masuk
Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem pengenalan akan menentukan hasil respon imun. Perkembangan baru-baru ini telah memungkinkan penelitian untuk mempersiapkan polipeptid imunogenik sintetik yang berisi sejumlah asam amino terbatas dan yang susunan kimianya dapat ditentukan.

4.      Contoh-contoh antigenitas
Beberapa jenis antigen:
1. Protein                                    6. Bakteri
2. Polisakharida                           7. Virus
3. Polipeptida Sintetik                   8. Sel darah yang asing
4. Asam nukleat                             9. Sel-sel dari transplantasi organ
5. Hapten                                       10. Toksin
Antigen terdiri dari 2 bagian utama:
1.  Antigen Eksogen yaitu antigen yg datang dari luar, masuk ke hospes. Antigen ini berupa:
                  *mikroorganisme
                  *tepung sari
                  *obat-obatan
                  *polutan
2. Antigen Endogen yaitu antigen yg terdapat dalam individu yaitu :
                  *antigen senogenik (heterolog)
                  *antigen autolog
                  *antigen alogenik (homolog)
Antigen Senogenik
Mempunyai arti penting dalam klinis, yaitu reaksi silang antara antigen-antigen septokokus betahemo litikus grup A dengan jaringan jantung manusia yang sering menyebabkan reaksi silang dengan jaringan glomerulus ginjal sehingga menyebabkan penyakit glomerulus nephritis akut pada ginjal.
Antigen Autolog (autoantigen)
Misalnya antigen spesifik organ seperti: antigen thyroid merupakan penyebab penyakit autoimun thiroiditas hashimoto.
Antigen Homolog (antigen alogenik)
Jadi aloantigen (isoantigen) merupakan kelompok antigen yg paling banyak mempunyai arti
klinik. Aloantigen merupakan antigen yang secara genetik diatur sehingga  membedakan antigenik determinan suatu individu dengan individu lain, tapi spesies sama. Antigen dalam darah merah ABO RH dalam golongan darah merupakan isoantigen.
Antigen dalam sel darah putih adalah:
*Antigen histokompatibilitas (HLA)
*Antigen neutrofil (NA)
Antigen dalam trombosit = antigen trombosit
Antigen dalam serum protein = gamaglobulin
Pembagian Antigen Menurut Spesifisitas adalah :
  1. Heteroantigen : Dimiliki Oleh Banyak Spesies
  2. Xenoantigen : Dimiliki Oleh Spesies Tertentu
  3. Alloantigen (Isoantigen) : Spesifik Untuk Individu Dalam Satu Spesies
  4. Antigen Organ Spesifik : Hanya Dimiliki Organ Tertentu
  5. Autoantigen : Dimiliki Alat Tubuh Sendiri
5.      Sifat-sifat antigenitas
·         Antigenisitas adalah
Sifat zat (antigen) yang memungkinkan zat tersebut bereaksi dengan produk-produk dari respon imun spesifik, yaitu antibody atau limfosit T yang tersensitisasi spesifik
·         Kemampuan antigen untuk berikatan secara spesifik dengan produk akhir dari suatu respon imun, di mana bisa berupa antibody atau reseptor permukaan sel.




B.     EPITOP
1.       Definisi
Antigen tersusun atas epitop dan paratop, Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/ menginduksi pembentukan antibody, sedangkan paratope dalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop. Sifat epitop : menentukan spesifitas reaksiantigen-antibodi dan penentu timbulnyarespon imun. Jumlah epitop pada molekul antigen tergantung pada ukuran & kerumutan strukturnya. Misalnya albumin telur (BM 42.000)mempunyai 5 epitop sedangkan tiroglobulin(BM 700.000) mempunyai 40 epitop padasetiap molekulnya.
Epitop atau determinan antigen adalah bagian dari antigen yang dapat membuat kontak fisik dengan reseptor antibody, menginduksi pembentukan antibody yang dapat diikat dengan spesifik oleh bagian dari antibody atau oleh reseptor antibody (paratop).

Kelompok kimia terkecil dari suatu antigen yang dapat membangkitkan respon imun. Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat diikat antibodi disebut dengan determinan antigenik atau epitop. Area tertentu pada molekul antigenik, yang mengikat antibodi atau pencerap sel B maupun sel T. Determinan antigen tidak hanya ditentukan oleh komposisi kimia tetapi juga oleh konfigurasi molekulnya.
2.      Pembagian epitop
The epitop antigen protein dibagi menjadi dua kategori yaitu :
1.      Epitop konformasi
Sebuah epitop konformasi terdiri dari bagian terputus urutan asam amino antigen itu. Epitop berinteraksi dengan paratope berdasarkan 3-D fitur permukaan dan bentuk atau struktur tersier dari antigen. Epitop Kebanyakan konformasi.
2.      Epitop linier
Sebaliknya, epitop linier berinteraksi dengan paratope berdasarkan struktur utama mereka. Sebuah epitop linier dibentuk dengan urutan yang kontinu asam amino dari antigen.

3. Contoh-contoh epitope
Ada beberapa contoh bentangan pendek asam amino yang dikenal diikat antibody bisa menjadi tag epitop :
1.      C-myc adalah sebuah segmen 10 asam amino dari myc protoonkogen manusia (EQKLISEEDL)
2.      HA adalah haemoglutinin protein dari protein hemaglutinin influenza manusia (YPYDVPDYA)
3.      His6 adalah jika enam histidines ditempatkan berturut-turut, mereka membentuk struktur yang mengikat elemen Nickle. Hal ini sangat berguna untuk chromostography afinitas tetapi juga dapat digunakan sebagai tag epitop.
4.      GFP adalah hijau neon protein telah menjadi salah satu protein reporter yang paling populer dan dengan demikian tag epitop bagus. Namun, GFP jauh lebih besar daripada kebanyakan tag epitop lainnya.



C.    HAPTEN
1.      Definisi
Secara fungsional antigen dibagi 2 , yaitu :
a.      Imunogen
zat yg merangsang respon imun, bereaksi dgn antibodi secara khas.
b.    Hapten
Suatu zat yang non-imunogenik tetapi yang dapat bereaksi dengan produk respon imun spesifik. Haptens adalah molekul kecil yang tidak pernah bisa merangsang respon kekebalan bila diberikan sendiri tetapi yang dapat ketika digabungkan ke molekul pembawa. Hapten biasanya dikenal sebagai sel B sedangan protein pembawanya dikenal oleh sel T
Contoh : Dinitrofenol, berbagai macam golongan antibiotic

Hapten adalah merupakan zat kimia yang bermolekul kecil yg tidak imunogenik tetapi dapat bereaksi dengan antibodi spesifiknya karena zat kimia ini disenyawakan secara kovalen dengan gugus asam amino, yaitu: lisin, tirosin dan histidin. Senyawa protein baru ini dapat menimbulkan pembentukan antibodi.
Molekul kecil yang bersifat antigenic (misalnya protein) tapi tidak imunogenik, yang bisa berikatan dengan produk respon imun tapi tidak bisa membangkitkan respon imun.
Substansi kimia aktif yang mempunyai berat molekul kecil yang tidak dapat menginduksi respon imun oleh dirinya sendiri tetapi dapat bergabung dengan molekul yang lebih besar (carrier atau Schlepper) menjadi bersifat imunogenik dan dapat mengikat antibodi.
Substansi kimiawi sederhana atau suatu bagian dari antigen yang tidak menimbulkan respon kekebalan, tetapi jika hapten berikatan dengan protein tubuh akan mengenalinya sebagai substansi berbahaya.
2.      Contoh-contoh hapten
Beberapa contoh dari hapten adalah
1.    Urushiol merupakan racun yang ditemukan dalam Poison Ivy.
Ketika diserap melalui kulit dari tanaman poison ivy, urushiol mengalami oksidasi dalam sel-sel kulit untuk menghasilkan hapten yang sebenarnya, sebuah molekul reaktif yang disebut kuinon, yang kemudian bereaksi dengan protein kulit untuk membentuk adduct hapten. Biasanya, paparan pertama hanya menyebabkan sensitisasi, di mana ada proliferasi sel T efektor. Setelah paparan Sedetik kemudian, sel T berkembang biak dapat menjadi aktif, menghasilkan reaksi kekebalan, menghasilkan lepuh khas paparan racun ivy.

2.      Fluorescein, biotin, digoksigenin, dan dinitrophenol
3.      Berbagai macam obat ( seperti : penicillin )
4.      Zat kimia lain yang membawa efek alergi

D.    SUPERANTIGEN
1.      Definisi
Ketika sistem kekebalan tubuh bertemu dengan antigen T-dependent konvensional, hanya sebagian kecil dari sel T mampu mengenali antigen dan menjadi aktif.  Protein yang mengikat sejumlah pencerap antigen dari sel T. Ikatan ini menyebabkan sel T mengalamai apoptosis dengan sangat cepat. Antigen yang berinteraksi dengan reseptor sel T pada domain di luar situs pengenalan antigen.
Molekul yang merupakan pemacu respons imun poten, memiliki tempat-tempat untuk mengikat reseptor sel dari dua sistem imun yaitu rantai β dari TCR dan rantai α atau dari β dari molekul MHC-II, tidak memerlukan pengelohan intraselular oleh APC dan tidak terbatas pada alel MHC-II khusus.
            Superantigens (sags) adalah kelas antigen yang menyebabkan non-spesifik aktivasi T-sel yang mengakibatkan aktivasi sel T dan oligoclonal pelepasan sitokin besar. Sags dapat diproduksi oleh mikroba patogen (termasuk virus, Mycoplasma, dan bakteri) berperan sebagai mekanisme pertahanan terhadap sistem kekebalan tubuh .Dibandingkan dengan respon antigen-induced biasa T-sel dimana 0,001-0,0001% dari tubuh sel T diaktifkan, ini sags mampu mengaktifkan hingga 20% dari tubuh T-sel. Selain itu, Anti-CD3 dan Antibodi Anti-CD28 (CD28-SuperMAB) juga telah terbukti sangat ampuh superantigens (dan dapat mengaktifkan hingga 100% sel T).

Mekanisme kerja:
Antigen protein biasanya diproses oleh makrofag dan antigen-presenting sel (APC) menjadi peptide fragmen, yang diekspresikan pada permukaan sel-sel ini dalam hubungan dengan molekul MHC II kelas. Hanya mereka T-sel dengan reseptor (TCR), yang mengenali antigen bersama dengan molekul MHC, diaktifkan. Superantigens tidak diproses dengan cara ini tetapi dapat mengikat molekul MHC kelas II pada permukaan APC banyak langsung. Superantigens bersamaan mengikat molekul MHC II kelas pada APC dan untuk wilayah variable TCR. Hal ini menyebabkan stimulasi dari banyak sel T dan produksi berlebihan dari interleukin-2 dan lainnya inflamasi sitokin. Produksi berlebihan dari interleukin / sitokin oleh T-sel dapat memiliki efek yang sama dengan yang diamati pada syok septik. Sebuah antigen khas harus diproses oleh APC sebuah, setelah itu mengikat kedua α dan β rantai dari TCR. Superantigens tidak memerlukan pengolahan dan tidak mengikat rantai α. Sebaliknya, mereka menghubungkan rantai β dari TCR langsung pada molekul MHC kelas II pada APC, interaksi yang cukup untuk mengaktifkan sel T pada tidak adanya dari setiap co-stimulasi sinyal lainnya.
 Contoh-contoh superantigen
1.      Stafilokok aureus (enterotoksin dan toksin eksofoliatif)
2.      Stafilokok piogenes ( eksotoksin )
3.      Patogen negatif - Gram (toksin Yersinia enterokolitika, Yersinian pseudotuberkulosis )
4.      Virus ( EBV, CMV, HIV, rabies)
5.      Parasit (Toksoplasma gondi )

E. ANTIGEN TIMUS (TIMUS INDEPENDENT)
1. Definisi
Antigen polisakarida menyebabkan respon sel-T independen. Jadi sinyal pertama adalah lagi reseptor sel B berikatan dengan antigen. Sinyal kedua dalam hal ini adalah baik yang disediakan oleh reseptor dari sistem imun bawaan, seperti reseptor pulsa seperti (TI-1 jawaban - lihat gambar 3) atau dengan luas silang antibodi permukaan dengan antigen dengan mengulangi epitop. (T1-2 respon - lihat gambar 4). (Cross-linking merupakan mekanisme efektif hanya di ells B matang, sel B tidak belum matang).
Perlu dicatat bahwa T1-1 tanggapan kadang-kadang dapat disebabkan oleh mitogens, yaitu antigen yang mengikat ke reseptor sel B sebagai sinyal pertama tapi BUKAN SECARA KHUSUS. Ini berarti bahwa antigen yang sama, seperti lipopolisakarida, bisa mengikat banyak reseptor sel B yang berbeda pada sel B yang berbeda. Lipopolisakarida bergaul dengan Pulsa seperti reseptor 4 akan memberikan sinyal kedua di semua sel. (Janeway et al 2005; Bondada et.al, 2000)
Gambar 4: Antigen Independen Timus - Tipe
Antigen independen timus menyebabkan produksi IgG2 sebagai subclass IgG dominan. Mengapa semua ini adalah penting untuk diketahui adalah bahwa neonatus tidak dapat me-mount respon independen timus (terutama respon TI-2). (Janeway et al 2005; Bondada et.al, 2000). Hal ini sangat relevan dengan bakteri yang umum dengan kapsul polisakarida seperti Streptococcus pneumoniae, Streptococcus agalactiae, Neisseria menigitidis dan Haemophilus influenzae.
Suatu daerah pada alat limfoid yang limfositnya bukan berasal dari thymus melainkan dari sel B (bursa fabricius). Timus-independen antigen (T-independen antigen) adalah mereka yang menghasilkan respon antibodi normal dalam athymic (timus-kurang atau telanjang) timus, yaitu dalam kondisi di mana sel T tidak hadir.
Tidak seperti timus yang tergantung antigen, timus-independen antigen :
  1. Tidak menghasilkan perpindahan isotipe (IgM hampir secara eksklusif diproduksi)
  2. Tidak menunjukkan pematangan afinitas (di mana antibodi afinitas semakin tinggi diproduksi
3.    Tidak menunjukkan respon sekunder (sel memori B tidak).
            Jalur antigen timus-independen ini penting karena imunitas humoral adalah mekanisme utama pertahanan terhadap bakteri berbahaya banyak yang memiliki polisakarida pada dinding sel mereka. Individu dengan depresi sistem sel T masih dapat menolak jenis infeksi bakteri.
            Timus-independen (TI) antigen mampu langsung mengaktifkan limfosit B ke dalam produksi antibodi sel tanpa pembantu atau faktor pembantu. Antigen ini sebagian besar berasal dari mikroba, seperti lipopolisakarida dari bakteri Gram-negatif, dipolimerisasi flagellin, pneumokokus polisakarida tipe III, dan levans dan dekstran dari bakteri dan mereka biasanya merangsang respon imunoglobulin M antibodi awal tertentu, yang sering menunjukkan fluktuasi siklus. Selain kemampuan mereka untuk merangsang respon kekebalan tanpa limfosit T helper dan mikroba mereka, ada sedikit kesamaan antara antigen TI berbeda.
2.      Sifat-sifat antigen timus (timus independent)
T-independen antigen memiliki sifat sebagai berikut:
1.      Mengaktifkan sel B pada konsentrasi tinggi, yaitu adalah aktivator sel B poliklonal (antigen seperti lipopolisakarida, LPS, kadang-kadang disebut B mitogens sel).
2.      Molekul polimer besar dengan mengulangi determinan antigenik.
3.      Sangat tahan terhadap degradasi.
4.      Beberapa antigen mengaktifkan kedua sel B belum matang dan dewasa; antigen lain hanya mengaktifkan sel B dewasa dan karena itu tidak efektif terutama pada bayi di mana sel B sebagian besar belum menghasilkan.
5.      Tanggapan untuk beberapa T-independen antigen didominasi oleh CD5 sel B.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar