Kelompok
rentan gizi adalah suatu kelompok didalam masyarakat yang paling mudah
menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi. Biasanya
kelompok rentan gizi ini berhubungan dengan proses kehidupan manusia, oleh
sebab itu kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus
kehidupan manusia.
Pada kelompok-kelompok
umur tersebut berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang
memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain.
Oleh sebab itu apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau
kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari :
a.
Kelompok bayi : 0-1 tahun
b.
Kelompok dibawah 5 tahun (balita) : 1-5 tahun
c.
Kelompok anak sekolah : 6-12 tahun
d.
Kelompok remaja : 13-20 tahun
e.
Kelompok ibu hamil dan menyusui.
f. Kelompok usia
lanjut
1. Bayi Kelompok
bayi
Didalam siklus kehidupan manusia,
bayi berada di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Bayi
yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau
berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu dilahirkan. Untuk
pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang sangat dibutuhkan ialah :
a.
Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan
b.
Calsium (Cl)
c.
Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada didaerah tropis, maka hal ini tidak
begitu menjadi masalah
d.
Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal
e.
Fe (zat besi) diperlukan, karena didalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung didalam ASI
(Air Susu Ibu).
2. Kelompok Anak
Balita
Anak balita juga
merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang
merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP) dan jumlahnya
dalam populasi besar. Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak
balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain sebagai berikut :
a. Anak balita berada dalam masa
transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa.
b. Biasanya anak balita ini sudah
mempunyai adik atau ibunya sudah bekerja penuh sehingga perhatian ibu sudah
berkurang.
c. Anak balita sudah mulai main di tanah
dan sudah dapat main diluar rumahnya sendiri sehingga lebih terpapar dengan
lingkungan yang kotor dan kondisi yang
memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit.
d. Anak balita belum dapat mengurus
dirinya sendiri, termasuk dalam memilih makanan. Dipihak lain ibunya sudah
tidak begitu memperhatikan lagi makanan anak balita karena dianggap sudah dapat
makan sendiri.
3.
Kelompok Anak Sekolah
Pada umumnya kelompok
umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak
balita. Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain : berat badan
rendah, defisiensi Fe (kurang darah) dan defisiensi vitamin E.
Masalah
ini timbul karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan,
baik di sekolah maupun di lingkungan rumah tangganya. Di pihak lain anak kelompok
ini kadang-kadang nafsu makanan mereka menurun sehingga konsumsi makanan tidak
seimbang dengan kalori yang diperlukan.
4.
Kelompok remaja
Pertumbuhan anak remaja
pada umur ini juga sangat pesat, kemudian juga kegiatan-kegiatan jasmani
termasuk olehraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, apabila konsumsi
makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya,
maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhannya.
Pada anak berarti mulai terjadi menarche (awal menstruasi), yang berarti mulai
terjadi pembuangan Fe. Oleh sebab itu, kalau konsumsi makanan, khususnya Fe
maka akan terjadi kekurangan Fe (anemia).
5. Kelompok Ibu Hamil
Ibu
hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan
janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai
pendukung proses kehamilan tersebut, misalnya mammae. Untuk mendukung berbagai
proses pertumbuhan ini maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga
meningkat.
Kebutuhan
kalori tambahan bagi ibu hamil sekitar 300-350 kalori per hari. Demikian pula
kebutuhan protein meningkat dengan 10 gram sehari. Peningkatan metabolisme
berbagai zat gizi pada ibu hamil juga memerlukan peningkatan suplai vitamin,
terutama thiamin, riboflavin, vitamin A dan D. Kebutuhan berbagai mineral,
khususnya Fe dan calsium juga meningkat.
6.
Ibu menyusui
Air Susu Ibu (ASI)
adalah makanan utama bayi oleh sebab itu, maka untuk menjamin kecukupan ASI
bagi bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Sekresi ASI
rata-rata 800-850% ml/hari, dan mengandung kalori 60-65 kalori, 1.0-1,2 gram
dan lemak 2,5-3,5 gram setiap 100 ml. zat-zat ini diambil dari rubuh ibu, dan harus
digantikan suplai makanan ibu sehari-hari. Untuk itu maka ibu yang sedang
menyusui memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan tambahan prortein 25 gram
sehari, diatas kebutuhan bila ibu tidak menyusui. Apabila kebutuhan kalori,
protein, vitamin dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui
konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi.
7. Kelompok Usia Lanjut
(USILA)
Kelompok usia lanjut
termasuk kelompok rentan gizi meskipun kelompok ini tidak dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini disebabkan kelompok usia ini mengalami
kelainan gizi. Meskipun USILA ini tidak mengalami penurunan fungsinya maka
sering terjadi gangguan gizi. Keperluan energi pada usila sudah menurun, oleh
sebab itu konsumsi makanan untuk usila secara kuantitas tidak sama dengan pada
kelompok rentan yang lain. Yang penting di sini kualitas makanan dalam arti
keseimbangan zat gizi harus dijaga. Kegemukan pada usila sangat merugikan pada
usila itu sendiri., karena merupakan resiko untuk berbagai penyakit seperti:
kardio vaskuler, diabetes militus, hipertensi dan sebagainya.
PENGUKURAN
STATUS GIZI MASYARAKAT
A.Ukuran Antropometrik
Pertumbuhan
fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan ukuran
antropometrik
yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi:
1.
tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan (TB)
terhadap umur,lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan lingkaran lengan atas
(LLA) terhadap umur. Untuk dapat memberikan pemaknaan secara klinis pada
parameter tersebut diperlukanketerangan yang akurat mengenai tanggal lahir
anak. Kesulitannya adalah di daerah-daerahtertentu, penetapan umur anak kurang
tepat karena orang tua tidak ingat bahkan tidak adacatatan mengenai tanggal
lahirnya.
2.
tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB),
lingkaran lenganatas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK).
Hasil pengukuran
antropometrik tersebut dibandingkan dengan suatu baku tertentu misalnya NCHS
dari Harvard atau standar baku nasional (Indonesia) seperti yang terekam pada
Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan melihat perbandingan hasil penilaian dengan
standar bakutersebut maka dapat diketahui status gizi anak. Nilai perbandingan
ini dapat digunakan untukmenilai pertumbuhan fisik anak karena menunjukkan
posisi anak tersebut pada persentil (%)keberapa untuk suatu ukuran
antropometrik pertumbuhannya, sehingga dapat disimpulkanapakah anak tersebut
terletak pada variasi normal, kurang atau lebih. Selain itu juga dapatdiamati
trend (pergeseran) pertumbuhan anak dari waktu ke waktu.
Berat
Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter
pertumbuhan yang paling sederhana,mudah diukur,dan diulang. BB merupakan ukuran
yang terpenting yang dipakai pada setiappemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik
anak pada semua kelompok umur karena BBmerupakan indikator yang tepat untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anaksaat pemeriksaan (akut).
Alasannya adalah BB sangat sensitif terhadap perubahan sedikit sajaseperti
sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran obyektif dan
dapatdiulangi dengan timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta tidak
memerlukan waktulama.Namun, pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi
tubuh misalnya pendek gemuk
atau
tinggi kurus. Selain itu, beberapa kondisi penyakit dapat mempengaruhi
pengukuran BBseperti adanya bengkak (udem), pembesaran organ (organomegali),
hidrosefalus, dansebagainya. Dalam keadaan tersebut, maka ukuran BB tidak dapat
digunakan untuk menilai
status
nutrisi.Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data tambahan
berupa umur yangtepat,jenis kelamin, dan acuan standar. Data tersebut bersama
dengan pengukuran BBdipetakan pada kurve standar BB/U dan BB/TB atau diukur
persentasenya terhadap standaryang diacu.BB/U dibandingan dengan standar, dinyatakan
dalam persentase:
·
>120% disebut gizi lebih
·
80-120% disebut gizi baik
·
60-80% tanpa edema = gizikurang
Dengan
edema = gizi buruk
·
<60% disebut gizi buruk
Perubahan
BB perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalahnutrisi
akut. Kehilangan BB dapat dikategorikan menjadi: 1. Ringan = kehilangan 5-15%,
2.Sedang = kehilangan 16-25%, Berat = kehilangan >25%
Tinggi
Badan (TB)
Tinggi
badan (TB) merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. PengukuranTB
sederhana dan mudah dilakukan. Apalabila dikaitkan dengan hasil pengukuran BB
akan
memberikan
informasi penting tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anakUkuran
tinggi badan pada masa pertumbuhan dapat terus meningkat sampai tinggimaksimal
dicapai. TB merupakan indikator yang menggambarkan proses pertumbuhan
yangberlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk
mendeteksi gangguanpertumbuhan fisik di masa lampau. Indikator ini
keuntungannya adalah pengukurannya obyektif,dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri,
murah dan mudah dibawa.Kerugiannya perubahan tinggi badan relatif lambat dan
sukar untuk mengukur tinggibadan secara tepat. Pengukuran TB pada anak umur
kurang dari 2 tahun dengan posisi tidurdan pada anak umur lebih dari 2 tahun
dengan berdiri.Seperti pada BB, pengukuran TB juga memerlukan informasi seperti
umur yang tepat,jenis kelamin dan standar baku yang diacu. TB kemudian
dipetakan pada kurve TB ataudihitung terhadap standar baku dan dinyatakan dalam
persen.TB/U dibandingkan dengan standar baku (%)
·
90-110% = baik/normal
·
70-89% = tinggi kurang
·
<70% = tinggi sangat kurang
Rasio
BB menurut TB (BB/TB)
Rasio
BB/TB jika dikombinasikan dengan BB/U dan TB/U sangat penting dan lebihakurat
dalam penilaian status nutrisi karena memberikan informasi mengenai proporsi
tubuh.
Indeks
ini digunakan pada anak perempuan hanya sampai tinggi badan 138 cm dan pada
anak
lelaki
sampai tinggi badan 145 cm. Setelah itu, hasil perbandingan BB/TB menjadi tidak
bermakna,
karena adanya tahap percepatan pertumbuhan (growth spurt) pada masa
pubertas.
Keunggulan
parameter ini adalah jika informasi mengenai umur tidak diketahui dengan pasti.
Interpretasi BB/TB (dalam %)
· > 120 % : obesitas
· 110-120 % : overweight
· 90-110 % : normal
· 70-90% : gizi kurang
·
<70% : gizi baik
Lingkar
Lengan Atas (LLA)
Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan
tumbuh kembang jaringan lemak di bawahkulit dan otot yang tidak banyak
terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan denganberat badan (BB). LLA
lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang padaanak
kelompok umur prasekolah (1-5 tahun).Pengukuran LLA ini mudah, murah, alat bisa
dibuat sendiri dan bisa dilakukan olehsiapa saja. Alat yang digunakan biasanya
adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan LLA inilebih tepat untuk
mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan fisik yang berat.Selain
itu terkadang pengukurannya juga dengan menekan pertengahan LLA yang
dirasakantidak nyaman bagi anak-anak.Interpretasi hasil dapat berupa:
1.
LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 – 13.5 cm = gizi kurang
(kuning), >13.5cm = gizi baik (hijau).
2.
Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB: <75% =
gizi buruk,75-80% = gizi kurang, 80-85% = borderline , dan >85% =
gizi baik (normal).
Indeks massa tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang
diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar
adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara
langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran
secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual
energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002). IMT
merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta
metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar